Duhai kesatria sang pejuang ISLAM
Laksana "MUTIARA yg bersinar" di tengah LUMPUR JAHILIYAH
Kita diibaratkan seperti BATU BATA yang akan MEMBANGUN PERADABAN “GENERASI TANGGUH”
AMARAH yang terkendali dan IDENTITAS kemuslimahanmu LAKSANA PERISAI keINDAHan KEPRIBADIANmu
KETEPATAN berfikir dan keGESITan LANGKAHmu laksana pejuang sejati
Sepak terjangmu menyisakan kekaguman
Berbanggalah ibu yang melahirkanmu
Menjadi seorang mujahidAH TANGGUH PILIHAN ALLAH.
Hei, muslimah…tahukah kita ,bahwa kita adalah KUNCI KEBAIKAN bagi DIEN ISLAM ini??
adakah pengorbanan demi KEMULIAAN DIEN yg mulia INI..
adakah SLOGAN MOTIVASI kita, "HIDUP MULIA atau MATI SYAHID"?
adakah ALLAH sebagai TUJUAN kita, GHOYYATUl GHOYYAH yt RIDWANULLAH?
RASULULLAH TELADAN kita..?
ALQUR'AN PEDOMAN kita...?
DUHAI, KESATRIA seCEPAT KILAT..
KESATRIA "SETERANG" CAHAYA..
adakah kita seperti SOSOK SAHABIYAH??
(created by KHAULAH AL FATIH_M.E_)
_Sedikit INSPIRASI dari SAHABIYAH ,WANITA PEMBERANI dan KUAT sang PEMBANGKIT SEMANGAT KAUM MUSLIMIN._
~KHAULAH AL AZWAR~
GADIS PEMBERANI...
SECEPAT KILATAN CAHAYA ....
Dikisahkan ketika Khalid bin Al-Walid mendekati medan perang dalam
salah satu pertempuran di Ajnadin menghadapi bangsa Rowami dalam
episode penaklukkan Damaskus, tiba-tiba ia melihat seorang prajurit
penunggang kuda melesat melewatinya dari belakang dan berkuda menuju
pasukan Romawi. Sebelum Khalid sempat menahannya, ia telah menghilang,
Bertubuh langsing dan berpakaian hitam, penunggang kuda itu
mengenakan pelindung di dadanya, bersenjatakan pedang dan tombak.
Khalid melihat ia mengenakan sorban hijau dan selendang yang menutupi
wajahnya sebagai cadar dan hanya matanya saja yang terlihat. Khalid
tiba di medan perang bersamaan dia melihat penunggang kuda itu
melemparkan dirinya kedalam pasukan Romawi dengan penuh kemarahan yang
membuat semua yang hadir mengira bahwa ia dan kudanya gila. Rafi –
pemimpin pasukan yang waktu itu menggantikan Dhirar yang ditawan oleh
tentara Romawi - melihatnya sebelum melihat kedatangan Khalid dan
berkata, ”Dia menyerang seperti Khalid, tetapi jelas dia bukan
Khalid.” Kemudian Khalid bergabung dengan Rafi.
Khalid langsung menggambungkan kelompok Rafi dan pasukan berkuda yang
dibawanya dan menyebarkannya dalam kombinasi kekuatan untuk berperang.
Sementara itu penunggang bertopeng menunjukkan aksi berkuda dan
penyerangan dengan tombaknya yang mendebarkan kaum Muslimin. Dia terus
maju menyerang barisan depan pasukan Romawi dan membunuh seorang
prajurit, lalu dia berkuda lagi kebagian depan yang lain dan menyerang
prajurit di barisan depan, dan seterusnya. Beberapa orang prajurit
Romawi maju untuk menghadangnya namun berhasil dijatuhkan dengan
permainan tombaknya yang dashsyat. Kagum terhadap pemandangan yang
menakjubkan tersebut, pasukan Muslimin masih belum dapat melihat siapa
gerangan pejuang itu, kecuali bahwa dia adalah postur seorang anak
muda dan sepasang mata yang tajam bercahaya di atas cadarnya. Sang
penunggang kuda tampaknya hendak bunuh diri karena dengan pakaian dan
tombak yang berlumuran darah dia kembali menyerang prajurit Romawi.
Keberanian sang pejuang memberikan keberanian baru bagi kelompok Rafi
(yang semua hampir terkalahkan sebelum kedatangan pasukan Khalid bin
al-Walid), yang melupakan kelelahan mereka dan menyerbu ke medan perang
dengan semangat baru yang tinggi ketika Khalid memerintahkan untuk
menyerang.
Penunggang bercadar, yang kini diikuti oleh prajurit lainnya,
melanjutkan pertempurannya dengan prajurit Romawi ketika seluruh
pasukan kaum Muslimin menyerbu. Segera setelah serbuan umum itu,
Khalid mendekat kepada sang penunggang dan bertanya, ”Wahai pejuang,
tunjukkanlah wajahmu!” Sepasang mata hitam berkilat menatap Khalid
sebelum berbalik dan kembali menyerang tentara Romawi. Kemudian
beberapa orang tentara Khalid menyusulnya dan berkata kepadanya. ”Wahai
pejuang yang mulia, komandanmu memanggilmu dan engkau pergi darinya!
Tunjukkan kepada kami wajahmu dan sebutkan namamu agar engkau dapat
dihormat selayaknyai.” Sang penunggang kuda kembali berbalik pergi
seolah dengan sengaja merahasiakan identitas dirinya.
Ketika sang penunggang kuda kembali dari serangannya, dia melewati
Khalid, yang menyuruhnya dengan tegas untuk berhenti. Dia menarik
kudanya berhenti, Khalid melanjutkan: ”Engkau telah berbuat banyak
yang memenuhi hati kami dengan kekaguman. Siapakah anda?”
Khalid hampir terjatuh dari kudanya ketika dia mendengarkan jawaban
dari penunggang kuda bercadar, karena yang didengarnya adalah suara
seorang gadis. ”Wahai komandan, bukannya aku enggan menjawab
pertanyaan anda, hanya saja aku merasa malu, sebab anda seorang
pemimpin yang agung, sedangkan aku adalah gadis pingitan. Sesungguhnya
tiada lain yang mendorongku untuk melakukan hal seperti itu melainkan
karena hatiku terbakar dan aku sangat sedih.
Khalid dibuat kagum kepada orang tua itu, Al-Azwar, yang menjadi ayah
pejaung-pejuang pemberani, laki-laki dan perempuan. ”Kalau begitu
bergabunglah bersama kami.”
Itulah dia, Khaulah binti Al-Azwar, seorang gadis pemberani, yang
membuat kagum pasukan Muslimin dengan sepak terjangnya menyerang
tentara Romawi. Kesedihan dan kemarahan akan berita ditawannya
saudaranya tercinta, Dhirar bin al-Azwar, membuatnya tampil ke medan
perang sebagai pejuang, dan tidak lagi berada di barisan belakang
sebagai perawat prajurit yang terluka dan mengurus perbekalan
sebagaimana yang dilakukan sebelumnya bersama para wanita yang ikut
dalam peperangan.
Dikisahkan dalam perang Yarmuk, Khaulah, isteri Zubair, Ummu Hakim dan
kaum wanita lainnya ikut terlibat di dalam peperangan. Dengan
bersenjatakan tombak dan tiang-tiang tenda, mereka melawan setiap
tentara musuh yang mendekat, dan membawakan air bagi pasukan muslimin
yang terluka dan kehausan. Ia berteriak kepada kaumnya: ”Sebagian
kalian jangan sampai terpisah dari lainnya. Jadilah seakan-akan satu
lingkaran dan jangan berpencar karena itu akan menyebabkan kalian
mudah dikuasai lalu akan terjadi perpecahan diantara kalian. Hancurkan
tombak-tombak mereka, patahkan pedang-pedang mereka!”
Dia berperang dengan seorang tentara Romawi, namun lawannya adalah
pemain pedang yang lebih baik dan berhasil memukul kepala Khaulah
dengan pedangnya, dan akibatnya ia terjatuh dengan darah yang
bersimbah membasahi kepalanya. Ketika pasukan Romawi dipukul mundur,
dan wanita lainnya melihat tubuhnya tidak bergerak, ia menangis sedih
dan bergegas mencari Dhirar untuk mengabarkan bahwa saudarinya tercita
telah tiada. Namun Dhirar tidak dapat ditemu hingga malam tiba.
Ketika ia kahirnya tiba di tempat saudarinya, Khaulah duduk dan
tersenyum. Dia sungguh baik-baik saja!
Maraji:
1. "The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, His Life and Campaigns"
oleh mantan Lieutenant-General A.I. Akram of the Pakistan Army, in
October 1969.
2. “Dzatul Himmah” (Setinggi Cita Wanita Perindu Surga) oleh Isham bin Muhammad Asy-Syarif.