Selasa, 18 Juni 2013

Sabar itu Pada Benturan yang Pertama kali

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata : Nabi shalallahu’alaihi wa sallam melewati seorang perempuan

yang tengah menangis di sisi kubur, maka beliau bersabda :
“Bertaqwalah kepada Alloh dan bersabarlah!”
Perempuan itu berkata : “Menjauh kamu dariku, karena kamu tidak tertimpa seperti musibahku!”

Dia tidak mengenal beliau shalallahu’alaihi wa sallam. Kemudian dikatakan kepadanya bahwa orang itu adalah Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, maka ia mendatangi pintu Nabi shalallahu’alaihi wa sallam akan tetapi tidak mendapati penjaga pintu di depannya lantas ia berkata:  “Saya tidak mengenal anda wahai Rasulullah.”
Kemudian Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ اْلأُولَى

“Hanyalah kesabaran itu pada benturan yang pertama kali.” (Muttafaqun ‘alaih) [1]
Dalam sebuah riwayat Muslim : “Menangis karena putranya.”

Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah berkata :
Hal ini menunjukkan bahwa musibah yang menimpanya telah mencapai tingkatan yang amat berat. Maka Nabi shalallahu’alaihi wa sallam kemudian berpaling darinya. Kesabaran yang seseorang akan diberi pahala karenanya adalah bersabar ketika pertama kali mendapat musibah, inilah kesabaran. Adapun setelahnya, maka yang demikian ini mungkin sebagai sikap melupakan musibah dan menghibur diri sebagaimana yang dilakukan oleh binatang. Adapun kesabaran yang hakiki apabila seseorang tertimpa musibah, maka ia bersabar dan berharap pahala darinya. Sangatlah baik juga mengucapkan.
“Sesungguhnya kami adalah milik Alloh dan kepada-Nya kami akan kembali! Ya Alloh, berilah pahala dalam musibahku ini dan gantilah dengan yang lebih baik darinya.”
______________
note :
[1] Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dan Al-Imam Muslim dalam shahih keduanya, dari shahabat yang sama & mempunyai sanad.
Maroji’ :
  1. al Qauluts Tsamiin min Qashashi Ibni ‘Utsaiminkarya Shalahuddin bin Mahmud As Sa’id edisi bahasa indonesia Lautan Hikmah dari Kisah-kisah Nyata & Berharga cetakan Buana Ilmu Islami.

Kamis, 30 Mei 2013

who am i?

Dalam sebuah pendakian, aku menemukan sebuah tanjakkan dan penurunan yang curam..
Dalam sebuah harapan, tersimpan keinginan yang dalam namun sulit untuk ditemukan sebuah titik temu

namun, aku adalah aku..
aku ingin menjadi diriku yang khas dan uniq, dimana aku adalah yang orang-orang mengenali siapa aku..

aku pasti bisa melalui sebuah jalan yang bersimpang 4 dan memilih, mana jalan yang benar- benar aku yakini...karena remot pengendali ada di tanganmu..

Ya Rabb, Tunjukilah kami jalan yang lurus..


NSH

dalam pencarian

Minggu, 12 Mei 2013

Hafsah binti Sirin Seorang Muslimah Paling Cerdas di Zamannya


pasirputih

Ia adalah seorang tokoh yang disegani di kalangan Tabi’in. Sebab ia merupakan ahli qira’at, memiliki pemahaman luas di bidang fikih, hadits dan dan ilmu pengetahuan. Iyas bin Mu’awiyah mengatakan bahwa ia tak pernah menjumpai seorang perempuan yang lebih mulia dibandingkan Hafsah binti Sirin.
Kecerdasannya ini bahkan melampaui saudara lelakinya, Muhammad Ibnu Sirin. Sampai-sampai, bila ada orang yang bertanya tentang Al-Qur’an, Ibnu Sirin akan menyuruh orang tersebut menemui Hafsah agar ia mendapatkan jawaban yang benar. Betapa tidak, Hafsah adalah seorang hafidzah. Ia telah menghafal dan menguasai bacaan Al-Qur’an pada usia 12 tahun.

Di samping karena kecerdasannya, Hafsah dikenal rajin beribadah. Saat siang hari, ketika sedang tidak haid dan bukan hari dilarang puasa, ia selalu berpuasa. Sedangkan saat malam, ia selalu menyalakan lampu dan shalat di musholanya. Ketika lampunya padam, ia nyalakan kembali lalu shalat hingga pagi menjelang. Sebuah riwayat bahkan mengatakan, Hafsah tinggal di dalam mushalanya selama 30 tahun dan hanya keluar ketika menunaikan hajat.

Selain Al-Qur’an, Hafsah juga mumpuni dalam ilmu hadits. Ia belajar dari Ummu Athiyah Al-Anshariyah, Anas bin Malik dan Ar-Rubab Ummu Ar-Ra’ih. Salah satu hadits yang disampaikannya adalah tentang hukum perempuan haid yang menghadiri dua hari raya.

Hafsah binti Sirin berkata, “Pada waktu Ummu Athiyyah datang, aku datang kepadanya lalu aku bertanya kepadanya, ‘Apakah Anda pernah mendengar Rasulullah mengenai masalah ini (yakni bolehnya kaum wanita keluar untuk menghadiri kebaikan yang diadakan oleh kaum Muslimin)?’”

Ummu Athiyyah berkata, “Semoga ayahku berkorban untuknya. Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘(Hendaklah) wanita-wanita merdeka (anak-anak gadis) dan wanita-wanita pingitan atau anak-anak gadis pingitan dan wanita-wanita haid keluar (pada hari raya) untuk menyaksikan kebaikan dan dakwah orang-orang mukmin, dan orang yang haid supaya mengucilkan diri dari mushala’ (seorang perempuan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kalau salah seorang dari kami tidak mempunyai jilbab?’ Beliau menjawab, ‘Hendaklah sahabatnya berpartisipasi dengan mengenakan jilbabnya kepadanya’).”
Hafsah berkata, “Aku bertanya, bagaimana dengan wanita-wanita yang sedang haid?’ Jawabnya, ‘Bukankah wanita yang sedang haid juga hadir di Arafah, (menghadiri) ini dan (menghadiri) ini?’”

Dalam satu riwayat dari Hafsah, “Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya, hingga kami suruh keluar juga anak-anak gadis dari pingitannya, hingga kami keluarkan wanita-wanita yang sedang haid, lalu mereka berada di belakang orang banyak, lantas bertakbir dengan takbir mereka dan berdoa sebagaimana mereka berdoa karena mengharapkan keberkahan dan kesucian hari itu.”

Itulah Hafsah binti Sirin, kemilau dengan kecerdasan dan ketaatannya pada sang Khalik.

Bertaubat...


Allah SWT telah memberikan petunjuknya kepada kita, tentang bagaimana cara bertaubat yang benar, sehingga taubatnya itu diterima oleh Allah. Tapi sebelumnya perlu kita ketahui, taubat yang bagaimanakah yang diterima Allah? Allah berfirman dalam surat An-Nisa’ : 17..

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dari ayat tersebut, Allah mengatakan bahwa taubat yang diterima disisi-Nya ialah taubat bagi orang yang melakukan kemaksiatan karena kejahilan/karena ketidaktahuaannya dan taubatnya itu dilakukan dengan segera, maksudnya setelah ia mengetahui kalau itu perbuatan dosa, ia langsung berhenti melakukan dosa itu dengan tidak menunda-nundanya, kemudian bertaubat dan mohon ampun kepada Allah. Taubat yang seperti itulah yang diterima Allah.

Langkah-langkah apa yang harus dilakukan bagi orang yang ingin bertaubat? Langkah-langkahnya adalah sebagaimana firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 53-58 dibawah ini


53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

54. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).

55. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,

56. supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah ), 

57. atau supaya jangan ada yang berkata: 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa'.

58. Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau sekiranya aku dapat kemnbali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik'.

Dari petunjuk ayat tersebut, langkah-langkah yang harus kita lakukan apabila ingin bertaubat ialah :

1.jangan berputus asa dari Rahmat Allah, karena Allah itu Maha Pengampun

2.Orang yang bermaksiat sudah pasti orang itu sedang jauh dari Allah, maka dari itu Allah memerintahkan supaya kembali kepada-Nya dengan berserah diri, tunduk patuh terhadap Allah

3.Cara tunduk patuh terhadap Allah ialah dengan mengikuti sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadanya, maksudnya mengikuti Al-Quran, sekalipun dengan mengikuti al-quran itu bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan yang ia sukai

4. Allah memberikan petunjuknya ini supaya jangan ada penyesalan diakherat kelak, karena Allah itu Maha kasih sayang pada hamba-hambanya, kalau ingin menyesal ya didunia ini mumpung masih hidup dengan cara segera bertaubat kepada Allah dari kemaksiatan itu, dengan mengikuti petunjuk-petunjuknya di dalam Al-Quran. Dan ditambah lagi berbuat kebaikan yang banyak, karena kebaikan itu bisa menutup keburukan yang pernah dilakukan.

Kamis, 25 April 2013

"THE BLACK RIDER" (KHAULAH AL AZWAR, wanita berkuda pembangkit SEMANGAT KAUM MUSLIMIN)


Duhai kesatria sang pejuang ISLAM

Laksana "MUTIARA yg bersinar" di tengah LUMPUR JAHILIYAH

Kita diibaratkan seperti BATU BATA yang akan MEMBANGUN PERADABAN “GENERASI TANGGUH”

AMARAH yang terkendali dan IDENTITAS kemuslimahanmu LAKSANA PERISAI keINDAHan KEPRIBADIANmu

 KETEPATAN berfikir dan keGESITan LANGKAHmu laksana pejuang sejati

Sepak terjangmu menyisakan kekaguman

Berbanggalah ibu yang melahirkanmu

Menjadi seorang mujahidAH TANGGUH PILIHAN ALLAH.

Hei, muslimah…tahukah kita ,bahwa kita adalah KUNCI KEBAIKAN bagi DIEN ISLAM ini??


adakah pengorbanan demi KEMULIAAN DIEN yg mulia INI..

adakah SLOGAN MOTIVASI kita, "HIDUP MULIA atau MATI SYAHID"?

adakah ALLAH sebagai TUJUAN kita, GHOYYATUl GHOYYAH yt RIDWANULLAH?

RASULULLAH TELADAN kita..?

ALQUR'AN PEDOMAN kita...?



DUHAI, KESATRIA seCEPAT KILAT..

KESATRIA "SETERANG" CAHAYA..

adakah kita seperti SOSOK SAHABIYAH??

                
                    (created by KHAULAH AL FATIH_M.E_)





_Sedikit INSPIRASI dari SAHABIYAH ,WANITA PEMBERANI dan KUAT sang PEMBANGKIT SEMANGAT KAUM MUSLIMIN._


                               ~KHAULAH AL AZWAR~



GADIS PEMBERANI...

SECEPAT KILATAN CAHAYA ....




Dikisahkan ketika Khalid bin Al-Walid mendekati medan perang dalam salah satu pertempuran di Ajnadin menghadapi bangsa Rowami dalam episode penaklukkan Damaskus, tiba-tiba ia melihat seorang prajurit penunggang kuda melesat melewatinya dari belakang dan berkuda menuju pasukan Romawi. Sebelum Khalid sempat menahannya, ia telah menghilang, Bertubuh langsing dan berpakaian hitam, penunggang kuda itu mengenakan pelindung di dadanya, bersenjatakan pedang dan tombak. Khalid melihat ia mengenakan sorban hijau dan selendang yang menutupi wajahnya sebagai cadar dan hanya matanya saja yang terlihat. Khalid tiba di medan perang bersamaan dia melihat penunggang kuda itu melemparkan dirinya kedalam pasukan Romawi dengan penuh kemarahan yang membuat semua yang hadir mengira bahwa ia dan kudanya gila. Rafi – pemimpin pasukan yang waktu itu menggantikan Dhirar yang ditawan oleh tentara Romawi - melihatnya sebelum melihat kedatangan Khalid dan berkata, ”Dia menyerang seperti Khalid, tetapi jelas dia bukan Khalid.” Kemudian Khalid bergabung dengan Rafi.

Khalid langsung menggambungkan kelompok Rafi dan pasukan berkuda yang dibawanya dan menyebarkannya dalam kombinasi kekuatan untuk berperang. Sementara itu penunggang bertopeng menunjukkan aksi berkuda dan penyerangan dengan tombaknya yang mendebarkan kaum Muslimin. Dia terus maju menyerang barisan depan pasukan Romawi dan membunuh seorang prajurit, lalu dia berkuda lagi kebagian depan yang lain dan menyerang prajurit di barisan depan, dan seterusnya. Beberapa orang prajurit Romawi maju untuk menghadangnya namun berhasil dijatuhkan dengan permainan tombaknya yang dashsyat. Kagum terhadap pemandangan yang menakjubkan tersebut, pasukan Muslimin masih belum dapat melihat siapa gerangan pejuang itu, kecuali bahwa dia adalah postur seorang anak muda dan sepasang mata yang tajam bercahaya di atas cadarnya. Sang penunggang kuda tampaknya hendak bunuh diri karena dengan pakaian dan tombak yang berlumuran darah dia kembali menyerang prajurit Romawi. Keberanian sang pejuang memberikan keberanian baru bagi kelompok Rafi (yang semua hampir terkalahkan sebelum kedatangan pasukan Khalid bin al-Walid), yang melupakan kelelahan mereka dan menyerbu ke medan perang dengan semangat baru yang tinggi ketika Khalid memerintahkan untuk menyerang.

Penunggang bercadar, yang kini diikuti oleh prajurit lainnya, melanjutkan pertempurannya dengan prajurit Romawi ketika seluruh pasukan kaum Muslimin menyerbu. Segera setelah serbuan umum itu, Khalid mendekat kepada sang penunggang dan bertanya, ”Wahai pejuang, tunjukkanlah wajahmu!” Sepasang mata hitam berkilat menatap Khalid sebelum berbalik dan kembali menyerang tentara Romawi. Kemudian beberapa orang tentara Khalid menyusulnya dan berkata kepadanya. ”Wahai pejuang yang mulia, komandanmu memanggilmu dan engkau pergi darinya! Tunjukkan kepada kami wajahmu dan sebutkan namamu agar engkau dapat dihormat selayaknyai.” Sang penunggang kuda kembali berbalik pergi seolah dengan sengaja merahasiakan identitas dirinya.

Ketika sang penunggang kuda kembali dari serangannya, dia melewati Khalid, yang menyuruhnya dengan tegas untuk berhenti. Dia menarik kudanya berhenti, Khalid melanjutkan: ”Engkau telah berbuat banyak yang memenuhi hati kami dengan kekaguman. Siapakah anda?”

Khalid hampir terjatuh dari kudanya ketika dia mendengarkan jawaban dari penunggang kuda bercadar, karena yang didengarnya adalah suara seorang gadis. ”Wahai komandan, bukannya aku enggan menjawab pertanyaan anda, hanya saja aku merasa malu, sebab anda seorang pemimpin yang agung, sedangkan aku adalah gadis pingitan. Sesungguhnya tiada lain yang mendorongku untuk melakukan hal seperti itu melainkan karena hatiku terbakar dan aku sangat sedih.

Khalid dibuat kagum kepada orang tua itu, Al-Azwar, yang menjadi ayah pejaung-pejuang pemberani, laki-laki dan perempuan. ”Kalau begitu bergabunglah bersama kami.”

Itulah dia, Khaulah binti Al-Azwar, seorang gadis pemberani, yang membuat kagum pasukan Muslimin dengan sepak terjangnya menyerang tentara Romawi. Kesedihan dan kemarahan akan berita ditawannya saudaranya tercinta, Dhirar bin al-Azwar, membuatnya tampil ke medan perang sebagai pejuang, dan tidak lagi berada di barisan belakang sebagai perawat prajurit yang terluka dan mengurus perbekalan sebagaimana yang dilakukan sebelumnya bersama para wanita yang ikut dalam peperangan.

Dikisahkan dalam perang Yarmuk, Khaulah, isteri Zubair, Ummu Hakim dan kaum wanita lainnya ikut terlibat di dalam peperangan. Dengan bersenjatakan tombak dan tiang-tiang tenda, mereka melawan setiap tentara musuh yang mendekat, dan membawakan air bagi pasukan muslimin yang terluka dan kehausan. Ia berteriak kepada kaumnya: ”Sebagian kalian jangan sampai terpisah dari lainnya. Jadilah seakan-akan satu lingkaran dan jangan berpencar karena itu akan menyebabkan kalian mudah dikuasai lalu akan terjadi perpecahan diantara kalian. Hancurkan tombak-tombak mereka, patahkan pedang-pedang mereka!”

Dia berperang dengan seorang tentara Romawi, namun lawannya adalah pemain pedang yang lebih baik dan berhasil memukul kepala Khaulah dengan pedangnya, dan akibatnya ia terjatuh dengan darah yang bersimbah membasahi kepalanya. Ketika pasukan Romawi dipukul mundur, dan wanita lainnya melihat tubuhnya tidak bergerak, ia menangis sedih dan bergegas mencari Dhirar untuk mengabarkan bahwa saudarinya tercita telah tiada. Namun Dhirar tidak dapat ditemu hingga malam tiba. Ketika ia kahirnya tiba di tempat saudarinya, Khaulah duduk dan tersenyum. Dia sungguh baik-baik saja!

Maraji:

1. "The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, His Life and Campaigns" oleh mantan Lieutenant-General A.I. Akram of the Pakistan Army, in October 1969.

2. “Dzatul Himmah” (Setinggi Cita Wanita Perindu Surga) oleh Isham bin Muhammad Asy-Syarif.

"JANGAN HALANGI AKU MEMBELA RASULULLAH" (Kisah MUSLIMAH SEJATI)









Hari itu Nusaibah tengah berada di dapur. Suaminya, Said tengah beristirahat di kamar tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nusaibah menebak, itu pasti tentara  musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud.

Dengan bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar. Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan lembut dibangunkannya. "Suamiku tersayang," Nusaibah berkata, "aku mendengar suara aneh menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah menyerang."

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Ia menyesal mengapa bukan ia yang mendengar suara itu. Malah istrinya. Segera saja ia bangkit dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu ia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

"Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang...."


Said memandang wajah istrinya. Setelah mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan baginya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu makin mengobarkan keberanian Said saja.

Di rumah, Nusaibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang nampaknya sangat gugup.

"Ibu, salam dari Rasulullah," berkata si penunggang kuda, "Suami Ibu, Said baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid..."

Nusaibah tertunduk sebentar, "*Inna lillah*....." gumamnya, "Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah."

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu, Nusaibah memanggil Amar.  Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, "Amar, kaulihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah syahid. Aku sedih karena tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi.
Maukah engkau melihat ibumu bahagia?"

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.

"Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terbasmi."

Mata amar bersinar-sinar. "Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku was-was seandainya Ibu tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membela agama Allah."

Putra Nusaibah yang berbadan kurus itu pun segera menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak tampak ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di depan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. "Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayah yang telah gugur."

Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. "Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu...."

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung sampai sore. Pagi-pagi seorang utusan pasukan islam berangkat dari perkemahan mereka meunuju ke rumah Nusaibah. Setibanya di sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, "Ada kabar apakah gerangan kiranya?" serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, "apakah
anakku gugur?"

Utusan itu menunduk sedih, "Betul...."

"*Inna lillah*...." Nusaibah bergumam kecil. Ia menangis.

"Kau berduka, ya Ummu Amar?"

Nusaibah menggeleng kecil. "Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatan? Saad masih kanak-kanak."

Mendegar itu, Saad yang tengah berada tepat di samping ibunya, menyela, "Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putra seorang ayah yang gagah berani."

Nusaibah terperanjat. Ia memandangi putranya. "Kau tidak takut, nak?"

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nusaibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan banyak nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, "Allahu akbar!"

Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nusaibah. Mendengar berita kematian itu, Nusaibah meremang bulu kuduknya. "Hai utusan," ujarnya, "Kausaksikan sendiri aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang."

Sang utusan mengerutkan keningnya. "Tapi engkau perempuan, ya Ibu...."

Nusaibah tersinggung, "Engkau meremehkan aku karena aku perempuan? Apakah perempuan tidak ingin juga masuk surga melalui jihad?"

Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah dengan kuda yang ada. Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. Setelah itu,  Rasulullah pun berkata dengan senyum. "Nusaibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan
mengangkat senjata. Untuk sementra engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur."

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nusaibah pun segera menenteng tas obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat darah di rambutnya. Ia menegok. Kepala seorang tentara Islam menggelinding terbabat senjata orang kafir.

Timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini. Apalagi waktu dilihatnya Nabi terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh, Nusaibah tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang rubuh itu. Dinaiki kudanya. Lantas bagai
singa betina, ia mengamuk. Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang, dan membabat putus lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak kuda.

Peperangan terus saja berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga Nusaibah teronggok sendirian. Tiba-tiba Ibnu Mas'ud mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau ada korban yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera  mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas'ud mengenalinya,

"Istri Said-kah engkau?"

Nusaibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, "bagaimana dengan Rasulullah? Selamatkah beliau?"

"Beliau tidak kurang suatu apapun..."

"Engkau Ibnu Mas'ud, bukan? Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku...."

"Engkau masih luka parah, Nusaibah...."

"Engkau mau menghalangi aku membela Rasulullah?"

Terpaksa Ibnu Mas'ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nusaibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikannya. Namun, karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus. Rubuhlah perempuan itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.
 
Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal tadinya cerah terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak. Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya, "Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan? Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nusaibah, wanita yang perkasa."

Ratu Bilqis atau Cinderella Teladan Muslimah?

 

Sosoknya kini tak lagi banyak dikenal orang. Meski kiprahnya di dunia modeling dan akting membuatnya populer dan kaya, petunjuk Allah SWT lebih dipilihnya untuk menjalani hidup sesuai dengan fitrah sebagai manusia.

Dulu untuk mendapatkan sebuah mobil Mercy atau rumah mewah di kawasan elit bukan sebuah perkara sulit baginya. Kontrak membintangi iklan atau sinetron bernilai miliaran rupiah lebih dari cukup untuk membiayai gaya hidup high class-nya. Kini demi mempertahankan jilbab dan penutup wajahnya, ia harus bekerja keras menjajakan dagangannya. Mulai dari obat-obatan herbal, pakaian Muslim hingga aneka gorengan. Semuanya untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan kedua anaknya yang harus bersekolah. Namun, ia bangga dan ia dapat tetap membiayai kedua anaknya dari keuntungan berdagang dan pertolongan Allah SWT yang seringkali tak disangka-sangkanya.

Hidup sebagai Muslimah sejati seringkali memang tak sesuai dengan keinginan. Apalagi impian kehidupan yang diamini banyak orang sebagai kehidupan yang ideal. Cita-cita sebagian besar perempuan untuk mendapatkan pendamping hidup yang rupawan, baik hati, dan berkantong tebal seringkali tersandung kenyataan bahwa orang yang ada di sisi dan kehidupan yang dijalani bukanlah seperti yang selama ini jadi harapan. Apalagi hidup dengan berpegang teguh pada tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW tentu akan lebih banyak membawa kita pada realita bahwa hidup yang kita jalani tidaklah seindah cerita Cinderella.
…Cinderella, tokoh kartun rekaan Walt Disney, dikonsumsi oleh anak perempuan di seluruh dunia, menjadi sebuah trendsetter yang mewarnai mimpi mayoritas seluruh gadis kecil…
Cinderella, tokoh kartun rekaan Walt Disney tersebut, menjalani hidup penuh derita setelah kehidupannya sebagai seorang puteri bangsawan harus berakhir ketika ia memiliki ibu tiri dan dua orang saudara tiri. Namun, hidup penuh nestapa tersebut kemudian disudahi oleh seorang pangeran rupawan menjemputnya. Mengangkatnya dari kubangan hidup yang penuh derita dan miskin, pada kehidupan sebagai seorang puteri kerajaan yang penuh kemewahan dan romantis.
Kisah yang dikonsumsi oleh hampir seluruh anak perempuan di seluruh dunia ini, menjadi sebuah trendsetter yang mewarnai mimpi mayoritas seluruh gadis kecil. Belum lagi cerita-cerita Barbie yang laris manis di kalangan anak-anak perempuan, sungguh, merupakan penjajahan pikir generasi Muslimah. Sehingga, lebih banyak Muslimah yang ketika beranjak dewasa lupa, kehidupan yang akan mereka jalani adalah sebuah realita hidup yang nyata. Realita yang butuh kerja keras dan pengorbanan dengan tujuan yang jelas, mendapatkan ridha Allah Robbul ‘Alamiin.
Bila kemudian, hidup ternyata harus dijalani dengan kekurangan, kerja keras, bahkan pengorbanan sebagai sebuah harga untuk kebahagiaan sebagai seorang Mu’min, maka itulah hal yang seharusnya kita banggakan. Bangga sebagai seorang “Cinderella” yang dijemput Allah SWT untuk hidup dalam kerajaan iman, dalam ketenangan dan kemewahan perjuangan yang sarat petunjuk-Nya.
…Dengan kecerdasannya pula, Balqis, ratu Saba yang sebelumnya menyembah matahari kemudian tunduk beriman kepada Allah SWT…
Tengoklah kisah Ratu Balqis yang bahkan melebihi seorang Cinderella. Di seorang ratu, penguasa, pemimpin rakyatnya yang juga sangat bijaksana. Dengan akal yang tajam dan kewibawaannya, ia memimpin rapat dengan para pembesar negerinya dan memutuskan hal besar yang akan mengubah wajah negerinya setelah surat dari Nabi Sulaiman AS tiba di tangannya. Kecerdikan dan kewibawaannya terukir dalam surat An-Naml ayat 34-35:

Dia berkata, ‘Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki sebuah negeri, niscaya mereka membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina, demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirimkan utusan kepada mereka dengan membawa hadiah dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali utusanku.’”

Dengan cara mengirimkan hadiah, Balqis mengukur kemuliaan Nabi Sulaiman AS dan dengan kecerdasannya pula, Balqis, ratu Saba yang sebelumnya menyembah matahari kemudian tunduk beriman kepada Allah SWT.

Demikian pulalah seharusnya, setiap kaum Muslimah mengoptimalkan segenap potensi yang dimilikinya untuk mendekat pada ridha Tuhannya. Dalam porsi apapun kini kita dikaruniai Allah dalam menjalani hidup, maka di sanalah tempat kita untuk mencemerlangkan jati diri kita sebagai seorang Muslimah. Dengan standar Allah SWT dan Rasul-Nya, dengan keridhaan-Nya, kemuliaan yang kita miliki tentu bukan hanya dalam ukuran duniawi tetapi juga jaminan kehidupan di surga nanti. [‘Aliya/voa-islam.com]