AR-RUBAYYI' binti
Mu’awwidz bin Afra Al-Anshariyah ini adalah salah seorang shabiyah
(shahabat wanita) dan perawi hadits Rasulullah SAW. Dia berasal dari
keluarga yang baik dan terhormat, serta terkenal dengan berbagai
kemuliaan sejak hari pertama mengenal Islam. Ayahnya adalah salah
seorang yang menyaksikan Baiat Aqabah, Perang Badar, dan bergabung
dengan pamannya dalam upaya pembunuhan Abu Jahal. Keduanya beruntung
mendapatkan doa yang indah dari Rasulullah. Sebagaimana beliau telah
mendoakan keduanya, “Semoga Allah memberi rahmat kepada kedua anak Afra yang keduanya bergabung untuk membunuh Firaun umat ini (Abu Jahal).”
Kedudukan dan Kehormatannya
Ar-Rubayyi’ masuk Islam di Madinah ketika Rasulullah tiba di sana sebagai seorang muhajir (orang
yang berhijrah). Saat itu dia masih berusia sangat muda. Ar-Rubayyi’
merupakan salah seorang shahabiyah yang mendapat perhatian dari Nabi
Muhammad, dan cukup dekat dengan beliau. Kedekatan tersebut menorehkan
kedudukan dan kehormatan mulia Ar-Rubayyi’ di sisi beliau. Diceritakan
bahwa Rasulullah mengunjungi Ar-Rubayyi’ pada pagi hari setelah malam
pengantinnya, sebagai wujud silaturrahim kepadanya. Hal itu terjadi
setelah Perang Badar. Dan dalam kunjungan itu, beliau juga menyempatkan
diri untuk memberikan petunjuk kepada para wanita, demi kebaikan dunia
dan akhirat.
Bahkan tidak sedikit teks sejarah yang
menyebutkan kemuliaan dan kehormatan kedudukan Ar-Rubayyi’ di sisi
Rasulullah. Musa bin Harun Al-Hammal mengatakan, “Ar-Rubayyi’ binti
Mu’awwidz telah mendampingi Nabi SAW, dan dia memiliki kehormatan yang
tinggi.” Kemudian Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Rasulullah mendatangi
Ar-Rubayyi’ di hari pernikahannya, lalu duduk di atas kasurnya, ini
menunjukkan kesempurnaan kebahagiannya.”
Begitu dekatnya Ar-Rubayyi’ dengan
Rasulullah, bahkan beliau biasa makan di rumahnya, menerima hadiahnya,
dan menghormatinya. Dalam hal ini, Ar-Rubayyi’ memiliki cerita yang
sungguh indah. Diriwayatkan mengenai Ar-Rubayyi’ bahwa suatu ketika dia
mendatangi Rasulullah dengan membawa sepiring kurma dan sepinggan
anggur. Seketika beliau menggantinya dengan emas atau perhiasan, seraya
bersabda kepada Ar-Rubayyi’, “Berhiaslah dengan ini!”
…Ar-Rubayyi’ menjadi shahabiyah satu-satunya yang meriwayatkan secara detil tentang wudhu Rasulullah…
Begitulah Rasulullah menunjukkan
kedermawanan yang berpadu dengan kelembutan dan kemurahan kepada
Ar-Rubayyi’. Dalam lembaran-lembaran tentang kehidupannya, kita akan
mendapatkan riwayat tentang kunjungan Rasulullah lainnya. Tak hanya
sekedar berkunjung, kedekatan Ar-Rubayyi’ dengan beliau terlihat dari
fragmen ketika Rasulullah berwudhu di rumahnya dan bersabda kepadanya, “Tuangkan air wudhu untukku!” Sehingga
Ar-Rubayyi’ menjadi shahabiyah satu-satunya yang meriwayatkan secara
detil tentang wudhu Rasulullah. Ibnu Majah mentakhrij hadits darinya
bahwa Rasulullah berwudhu dengan membasuh sebanyak tiga kali-tiga kali.
Demikianlah, terkait kedekatan
Rasulullah dengan Ar-Rubayyi, tidak ada cinta yang lebih mulia daripada
cinta beliau kepada para syahid dan anak-anak mereka. Rasulullah
senantiasa menunjukkan kelemahlembutan kepada mereka. Beliau juga
menjanjikan kepada mereka untuk selalu menziarahi mereka dan memberikan
kepada mereka arahan dari waktu ke waktu.
Saking intensnya berinteraksi dengan
Rasulullah, tak heran jika Ar-Rubayyi’ terampil menyebutkan sifat-sifat
Rasulullah dengan cara dan diksi yang indah. Diriwayatkan Abu Ubaidah
bin Muhammad bin Ammar bin Yasir, “Kukatakan kepada Ar-Rubayyi’ binti
Mua’wwidz bin Afra, ‘Sebutkan ciri-ciri Rasulullah untukku!’
Ar-Rubayyi’ menjawab, ‘Wahai anakku, engkau melihatnya laksana matahari
terbit’.”
Sang Pemberani
Dalam berbagai literatur sejarah,
diceritakan bahwa Ar-Rubayyi’ adalah seorang wanita mulia yang memiliki
keberanian mumpuni. Sebuah keberanian yang diletakkannya dalam konteks
perlawanan terhadap kebatilan dan kemusyrikan. Sepertinya, sifat
pemberaninya itu diturunkan dari ayahnya, sang pemberani yang bergabung
dalam operasi pembunuhan Abu Jahal. Ar-Rubayyi’ memliki kebanggaan
yang besar kepada ayahnya.
Keberanian Ar-Rubayyi’ ditunjukkannya
ketika dia menantang ibu Abu Jahal. Diriwayatkan bahwa Ar-Rubayyi’
mengambil minyak wangi dari Asma binti Makhrabah, ibu Abu Jahal. Lalu
Asma menanyakan nasab Ar-Rubayyi’. Lantas dia pun menyebutkan silsilah
nasabnya. Kemudian Asma berkata, “Engkau adalah anak perempuan dari
seorang pembunuh tuannya (Abu Jahal).”
Dengan penuh keberanian, Ar-Rubayyi’
menjawab, “Aku adalah anak perempuan dari seorang pembunuh ‘budak’nya.”
Mendengar jawaban tersebut, sontak Asma naik pitam, namun tidak berani
meladeni keberanian Ar-Rubayyi’. Asma hanya bisa menimpali, “Demi
Allah, aku tidak akan menjual sesuatu kepadamu untuk selama-lamanya.”
Ar-Rubayyi’ yang merasa senang membuat Asma murka berkata, “Haram
bagiku untuk membeli sedikit saja dari minyak wangimu.” Sungguh, ini
merupakan satu bentuk sikap barra` (anti-loyalitas) yang patut ditiru oleh setiap muslim.
Mujahidah Pejuang
Keberanian yang dimiliki Ar-Rubayyi’
menjadikannya sebagai sosok yang gandrung dengan perjalanan jihad
Rasulullah dan para shahabat beliau. Pengalamannya dengan amalan puncak
dalam Islam ini (baca: jihad) dimulai ketika ayahnya berpartisipasi
dalam Perang Badar. Ar-Rubayyi’ berangkat bersama Rasulullah untuk
mengikuti berbagai peperangan dengan tujuan agar mendapatkan pahala dan
balasan yang telah disediakan Allah SWT untuk para mujahidin. Dia ikut
berkontribusi dalam jihad dengan melayani pengobatan para mujahidin,
serta menyiapkan perlengkapan logistik mereka.
…Ar-Rubayyi’ adalah wanita mulia yang memiliki keberanian dalam perlawanan terhadap kebatilan dan kemusyrikan…
Ibnu Katsir berkata mengenai
Ar-Rubayyi’, “Dia berangkat bersama Rasulullah untuk mengikuti berbagai
peperangan guna mengobati para mujahidin yang terluka dan memberi
minuman bagi mereka yang kehausan.” Al-Bukhari mentakhrij dari
Ar-Rubayyi’ bahwa dia berkata, “Kami ikut peperangan bersama Rasulullah
untuk membantu, memberikan minum, dan mengobati mujahidin yang
terluka, serta membawa pulang mujahidin yang tewas ke Madinah.”
Meriwayatkan dan Menghapalkan Hadits
Kontribusi Ar-Rubayyi’ tidak hanya
diarahkan pada persoalan jihad dan perjuangan saja, dia juga sangat
mencintai ilmu. Dia seringkali mengunjungi Aisyah untuk menambah
wawasan dan ilmu. Ilmunya terfokus pada meriwayatkan dan menghafal
hadits Rasulullah. Ar-Rubayyi’ meriwayatkan hadits dari beliau sebanyak
21 buah hadits.
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan
hadits darinya. Kedua imam ini bersepakat pada sebuah hadits darinya.
Bahkan beberapa shahabat dan tabi'in datang kepada Ar-Rubayyi’ untuk
mendapatkan hadits. Sejumlah tabiin terkemuka juga meriwayatkan hadits
darinya, sebut saja Khalid bin Dzakwan, Sulaiman bin Yasar, Abu Ubaidah
bin Ammar bin Yasir, dan lainnya.
Karena wawasan dan keilmuannya,
Ar-Rubayyi’ tampil menjadi salah seorang shahabiyah yang menjadi
referensi dalam hukum, sirah Nabi, dan berbagai peristiwa dalam Islam
di awal masa kemunculannya. Beberapa literatur sejarah menyebutkan
bahwa dia wafat pada tahun 37 Hijriyah, setelah mewariskan berbagai
pengaruh baik di kalangan wanita beriman yang terus memancarkan
kebaikannya. Semoga abadi sesuai kehendak Allah SWT. Amin! [ganna
pryadha/voa-islam.com]
Referensi: Ahmad Khalil Jam’ah, Nisaa’ min ‘Ashri an-Nubuwwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar